Click here for Myspace Layouts

Mengenal Penyakit Cacar Monyet

Jumat, 20 Mei 2011

varicella_21Monkeypox atau cacar monyet pada manusia adalah penyakit infeksi zoonosis sporadis yang dilaporkan terjadi di daerah terpencil di Afrika Barat dan Afrika Tengah. Gambaran klinis menyerupai cacar, tetapi limfadenopati lebih menonjol pada awal penyakit. Pleomorphism dan “Cropping” menyerupai cacar air terjadi pada 20% pasien.
Riwayat alamiah penyakit tentang asal-usul virus belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga manusia, primata dan tupai hidup dalam satu siklus enzootik. Penyakit menyerang semua kelompok usia, tetapi anak umur dibawah 16 tahun mempunyai resiko terbesar untuk terkena penyakit ini.
Angka kematian pada anak-anak yang tidak divaksinasi dari berbagai studi didapatkan antara 1 – 3% s/d 10 – 14%. Dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1994 lebih dari 400 kasus dilaporkan dari bagian Barat dan Tengah Afrika; Dari Republik Demokrasi Kongo (DRC) dulu disebut Zaire tercatat sekitar 95% kasus yang dilaporkan selama WHO mengadakan pengamatan selama 5 tahun (dari tahun 1981 – 1986) lebih dari 70 orang didiagnosa sebagai tersangka dan 6 orang meninggal pada tahun 1996, kejadian ini mendorong dilakukannya studi retrospektif yang disponsori oleh WHO sebanyak 3 buah yang dilakukan di DRC mencakup 0,5 juta orang dan 800 penderita. Sekitar 20 virus monkeypox dapat diisolasi dari penderita aktif sedangkan dari seratus yang diambil dari penderita ditemukan baik monkeypox maupun chickenpox. Karena lemahnya infrastruktur kesehatan masyarakat dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi akurasi pelaporan kasus, maka jumlah yang pasti dari kasus-kasus dan proporsi dari kasus primer dan sekunder tidak diketahui dengan jelas.
Pada tahun 1980 sekitar 75% kasus yang dilaporkan disebabkan karena kontak dengan hewan; sedangkan dari penelitian yang dilakukan belakangan ini menunjukkan bahwa 75% kasus disebabkan karena kontak dengan manusia, namun tidak terjadi KLB. Rantai panjang, penularan dari orang ke orang hanya menghasilkan 7 orang penderita yang dilaporkan. Namun penularan serial tidak meluas melewati kasus sekunder. Dari data epidemiologis yang sangat terbatas memperlihatkan secondary attack rate kira-kira hanya sekitar 8%. Hampir sebagian besar kasus terjadi di desa terpencil yang terisolir dekat daerah hutan tropis, dimana biasanya penduduk sering kontak dengan berbagai jenis hewan.
Studi ekologi yang dilakukan tahun 1980 membuktikan bahwa tupai-tupai (Funisciurus dan Heliosciurus) yang banyak ditemukan disekitar hutan kelapa sawit disekitar desa, memperlihatkan bahwa tupai-tupai tersebut berperan sebagai reservoir dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya infeksi monkeypox virus pada manusia di Republik Demokrasi Kongo. Adanya reservoir binatang dan adanya kontak antara binatang dengan manusia menyebabkan siklus penularan dapat berlangsung terus. Dengan demikian infeksi pada manusia dapat dicegah dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk menghindari kontak dengan penderita dan dengan binatangyang sakit.
Monkeypox virus adalah spesies lain dari genus Orhopoxvirus, dengan ciri-ciri biologis dan gen yang berbeda dari virus variola. Tidak ada bukti bahwa monkeypox akan menjadi masalah kesehatan masyarakat di luar daerah enzootik Pemberian vaksinasi smallpox cross protective dihentikan pada tahun 1982 di DRC; pemberian vaksinasi kembali tidak direkomendasikan oleh WHO. Technical Advisory Comminttee on Monkeypox di WHO saat ini hanya merekomendasikan untuk dilakukan penelitian terutama tentang intensifikasi prospective surveillance dan penelitian tentang ekologi.
Entry filed under: Kesehatan. Tags: .

0 komentar:

Posting Komentar

Putri-Swasti. Diberdayakan oleh Blogger.